Sunday 22 April 2012

Pertunjukan Teater "Goyang Penasaran"


Salimah meliuk-liukkan tubuhnya yang berkeringat disoroti warna-warni lampu panggung. Ditingkahi suara gendang, ia menghentak dengan celana ketat dan baju hitam penuh manik...

Salimah dihujat sekaligus tak henti dibicarakan. Dalam hati, setiap orang mengenangnya dengan cara yang berbeda.

(Cerpen Goyang Penasaran oleh Intan Paramadhita)

Penasaran.

Mendengar judulnya saja membuat penasaran.

Pementasan teater "Goyang Penasaran" ini dipentaskan pada tanggal 19-20 April 2012 lalu di Salihara, Jakarta Selatan. Tiket yang dijual kurang lebih 400 lembar selama 2 hari telah sold out bahkan beberapa hari sebelum pementasan.

Berkisah tentang Salimah, seorang penyanyi dangdut di kampung, mantan murid pengajian di masjid yang dipimpin oleh Haji Ahmad. Di kampungnya Salimah dipuja sekaligus dihujat karena goyangannya yang membuat para laki-laki berzina mata.

Diangkat dari sebuah cerpen yang ditulis oleh Intan Paramadhita, pementasan Goyang Penasaran ini merefleksikan kehidupan masyarakat Indonesia di sebuah perkampungan. Dengan setting padat penduduk yang sangat "Indonesia", celetukan-celetukan khas golongan kelas menengah ke bawah, membuat kita membuka mata akan realita yang ada.

Perempuan. Gender.

Perempuan dan Gender selalu menjadi hal menarik yang dibahas. Ada apa sebenarnya dengan wanita? Ada apa sebenarnya dengan isu gender dan feminisme?

Salimah di sini diwujudkan sebagai seorang perempuan yang seductive, mampu menyihir kaum laki-laki dengan goyangan "mautnya". Para laki-laki memujanya, membicarakannya, bahkan penasaran kepadanya. Namun di balik pujaan-pujaan yang dilontarkan itu, mengandung kata-kata yang justru merendahkannya ke derajat paling rendah. Ironis.

Aku sebenarnya kurang mengerti soal isu-isu feminisme yang berkembang, apalagi kalau disuruh mengkritik. Tapi aku melihat banyak keironisan dalam diri Salimah sebagai perempuan. Salah satu hal yang membuatku merinding adalah saat Salimah sedang bergoyang di atas panggung, sementara Haji Ahmad sedang memberikan ceramah di masjid soal zina mata. Bagaimana tatapan itu dapat mengundang hal buruk yang lebih besar. Bagaimana Salimah penasaran dengan tatapan mata Haji Ahmad yang dulu dilihatnya dan ingin dilihatnya lagi sekarang...

Sayang, penonton tidak diperbolehkan mengambil gambar dan merekam selama pementasan berlangsung. Jadi mungkin agak sulit untuk memvisualisasikannya. Anyway, bagi yang ketinggalan pementasannya dan penasaran seperti apa ceritanya, bisa langsung beli bukunya di Salihara. Edisi terbatas!

Oh iya, ini ada link trailernya kalau masih penasaran juga.

Selamat penasaran!

No comments:

Post a Comment